Kampung Linggang Melapeh sebagai Master Plan Wisata Budaya

SENDAWAR – Bekerja sama dengan WWF, Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kubar sedang menyusun master plan Kampung Wisata Budaya di Kampung Linggang Melapeh Kecamatan Linggang Bigung. Program ini diungkapkan Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kubar, Silas Sinar melalui Kasi Pengembangan Kepariwisataan, Y Andy Abeh, kemarin. Kampung Linggang Melapeh berpotensi dikembangkan sebagai kampung percontohan di Kubar. Di Linggang Melapeh tersedia fasilitas dan jalur transportasi, pola hidup masyarakat dan potensi wilayah yang alami. “Linggang Melapeh memiliki wisata dan budaya alami sehingga mendorong perekonomian setempat,” kata Silas Sinar.

Seperti Danau Aco, merupakan salah satu objek wisata di Kampung Linggang Melapeh yang ditetapkan sebagai daerah wisata alam oleh Pemkab Kubar. Danau ini memiliki karakter cukup unik dan menawan, terletak di atas bukit.  Di sekelilingnya tumbuh pepohonan tipe hutan sekunder. Air danau ini selalu terisi meskipun musim kemarau. “Beberapa jenis burung seperti elang dan rangkong, sering hinggap di dahan pohon. Sehingga ramai terdengar kicauan, terutama saat pagi atau sore hari,” katanya.
Kemudian, dari puncak bukit Danau Aco ini kita dapat melepas pandang ke arah hijaunya hutan Gunung Eno atau memandang jauh hingga terlihat kawasan Kecamatan Barong Tongkok. Selain Danau Aco sebagai objek wisata, tambahnya, berdasarkan survei WWF ditemukan banyak objek wisata. Yakni hutan lindung Kampung Gunung Eno, Danau Aco, Jantur (air terjun) Tabalas, Jantur Lomuq, Jantur Pajaai, dan Jantur Ataai. “Sebagai kampung wisata akan menawarkan daya tarik wisata budaya dan alam serta objek penelitian,” katanya.
Meskipun wilayah Kampung Linggang Melapeh berada di luar kawasan Heart of Borneo, namun kampung ini memiliki kekayaan hayati. Salah satunya keberagaman hayati, kawasan lindung Gunung Eno. Dari studi keberagaman hayati pada 2012 lalu, kawasan ini menyimpan kekayaan hayati yang masih tinggi. Yakni jenis mamalia (11 jenis), abifauna (20 jenis), herpetofauna (22 jenis), tumbuhan berkayu (129 jenis), dan tumbuhan yang berfungsi sebagai obat (10 jenis). Dari 93 jenis fauna, terdapat 77 jenis masuk dalam kategori dilindungi.
Silas menambahkan, di Kampung Linggang Melapeh setidaknya terdapat enam sungai kecil yang melintasi wilayahnya, yakni Sungai Maap, Sungai Pajaai, Sungai Sulau, Sungai Bermau, Sungai Senteri, dan Sungai Betitikng. Sungai ini bersumber dari beberapa mata air yang terdapat di sekitar perbukitan yang masih berhutan.

Tinggalkan komentar